Ingin sekali menangis dan tersedu sepuasnya,
bersandar pada bahu si bijak, lalu ku utarakan semua resahku, tentang amanah
da’wah ini, tentang barisan ini, dan tentang rumah cahayanya yang di bilang
meredup, entah lah yang ku tahu redup itu bukan padam atau gelap gulita tanpa
cahaya, yang ku tahu redup itu hanya cahaya kecil yang ta maksimal membagi
cahayanya pada sekitar,menurutku hanya sedikit butuh pemantik yang akan kembali menyinari cahaya surau kami
bersama, ya karena surau itu milik bersama, milik siapa saja yang ingin
mendapat sebuah penerangan walau hanya setitik saja cahyanya. Allah… bantulah
kami meneruskan perjuangan ini, Rasulullah…Ma’afkan kami umatmu yang belum
belum bisa meneruskan tongkat estafet da’wah ini dengan maksimal. Kami terlalu sibuk
mementingkan ego kami, kami terlalu sibuk mencar-cari salah dan kekurangan
saudara kami, Sehingga kami pun melupakan aib-aib kami yang bisa saja engkau
beberkan di mata saudara kami, kami terlalu sibuk memikirkan perbedaan, padahal
sebenarnya kami tahu perbedaan itu adalah rahmat. Kami terlalu sibuk
membicarakan kelemahan dan kekurangan orang lain, sementara lupa dengan cacat
sendiri..
Ya Rabb… Ma’afkan "kami".
Share by @amidda_fillah